Sejarah
merupakan mata pelajaran paling menjemukan saat aku duduk di bangku SMP, bukan
karena guruku tak pandai menjelaskan, hanya saja mungkin aku yang terlampau tak
faham apa gunanya. Begitu juga ketika aku masuk sekolah di tingkat SMA, sejarah
bagiku hanyalah kepingan batu berpasagan yang kehilangan pasangannya, tak ada
kewajiban bagiku mencarinya. Apa gunanya?
Namun
ada potret lain dari pelajaran sejarah ketika aku duduk di bangku akhir SMA, dulu di
sekolahku memang ada dua guru sejarah, 1 sejarah nasional dan 1 lagi sejarah
pendidikan Islam (SKI). Dari kedua pelajaran itu, hanya ada 1 guru yang menjadi
favoritku, sampai saat ini kisah penaklukan Andalusia (Spanyol) oleh tentara
Islam yang dia jelaskannya, sungguh masih melekat di otaku. Peristiwa berharga
itu, dia kisahkan kepada kami di tengah hari siang bolong dengan nada heroic
dan sesekali diselingi dengan sifat jenakanya. Dialah Ust. Herlan Sudarsa,
namanya sungguh melekat. Darinyalah aku mulai menyukai sejarah.
Semenjak
saat itu, aku mulai memiliki paradigma yang berbeda tentang sejarah. Aku mulai
berfikir bagaimana caranya supaya aku mengenal sosok-sosok muslim hebat zaman
dulu. Aku mulai penasaran dengan kehebatan mereka.
Saat
masuk ke dunia kuliah, aku semakin menyukainya saja, beberapa kali ku ikuti
seminar tentang sejarah di Bandung, semakin hari aku pun semakin takjub, dan
semakin pariatif saja cara Tuhan memberi hidayah kepadaku melalui sejarah.
Dia
memperkenankan aku berkenalan dengan teman yang juga sama-sama menyukai
sejarah, dia punya buku berikut film-film sejarah. Membeli buku tebal dan
berkwalitas adalah suatu kemustahilan untuk mahasiswa pas-pasan sepertiku,
akhirnya aku memberanikan diri untuk meminjam pada temanku. Ingin sekali
rasanya aku menonton film-film sejarah yang dia miliki, namun apa daya, aku tak
punya computer apalagi laptop untuk menunjukan wujud file-nya waktu itu.
Aku
mulai melahap habis semua buku-buku itu, aku semakin gila sejarah, setiap mata
kuliah sejarah, nilaiku pasti selalu bagus, seiring waktu Alhamdulillah Tuhan
memperkenanku memiliki laptop, dan file-file yang dulu usang karena hanya di simpan
di flashdisk, kini dia bisa menunjukan senyum meronanya di hadapanku. Kubuka
file demi file, aku ternyata memang maniak sejarah. Mulai dari durasi film yang
2 jam sampai yang 18 jam semuanya kulahap habis dalam waktu hanya beberapa
minggu.
Aku
senang, sungguh di dunia ini ada segelintir orang yang memvisualkan sejarah,
sehingga bisa diingat oleh orang-orang yang anti auditori sepertiku. Itulah visualisasi
sejarah sungguh hebat.
Namun
ditengah perjalananya, semakin aku faham, semakin kontroversi sejarah versi
satu dan versi lain. Sebagi contoh, ada dua buku yang membahas sejarah
proklamasi bangsa Indonesia. Dibuku pertama di jelaskan bahwa proklamasi
terjadi karena Jepang telah menyerah dengan sekutu, dimana bung Karno sebagai
bapak proklamator yang namanya masih harum sampai detik ini sungguh tak
tergantikan jasanya.
Sementara
itu dibuku lain, perjuangan perebutan Indoensia dari tangan penjajah merupakan
jerih payah para ummat Islam Indonesia yang mati-matian melawan para penjajah
dan orang-orang pribumi yang berpangku tangan dengan penjajah. Saat itu
mulailah intuisiku berjalan, mengapa ada dua versi? Apakah standar
penelitiannya berbeda?
Seketika
di saat jam mata kuliah metode penelitian kutanyakan pada sang dosen Bpk. Abbas
(Pakar Kualitatif dari Un. Hasanuddin Makasar). “Bpk, mengapa dalam satu objek penelitian ada
dua hasil yang berbeda, apakah standar penelitiannya berbeda? Atau apakah
bukti-bukti menunjukan berbeda? Sebagai contoh di pelajaran sejarah
bla-bla-bla” Sambil menarik nafas dalam-dalam, Bpk. MetLit mulai menjawab.
“Hasil penelitian pada metode kualitatif memang bergantung kepada si peneliti
itu sendiri, walaupun dengan metode yang sama dua kepala pasti akan menitik
beratkan pada hal yang berbeda” begitu ungkapnya.
Sejenak
otak ku termenung, jika standar kebenaran sebuah fakta sejarah bersifat
subjektif, bagaimana caraku untuk bisa menemakan kebenaran yang sesungguhnya
terjadi, ini sulit berarti tidak ada yang bias kupercaya. #otaku mulai bekerja
Sepulang
kuliah, aku bertemu lagi dengan teman sepadepokanku yang gila sejarah hee. Dia
bilang kalau sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang bisa digunakan sebagai
alat propaganda yang efektif untuk membentuk opini public, oleh sebab itu
sejarah akan selalu berpihak kepada siapa yang berkuasa. Karena disitulah si
penguasa diuntungkan, dengan kata lain, paradigma berfikir masyarakat akan
menganggap bahwa system yang berlaku saat itu adalah benar. Itulah sebabnya
pelajaran sejarah tidak pernah dikurangi jamnya hingga saat ini dalam kurikulum
pendidikan. Sebagai contoh, sejarah yang ditulis oleh ilmuwan Yahudi, mungkin
akan menjelaskan bagaimana dulu Yahudi disiksa oleh rezim Nazi, mereka disiksa
di camp-camp konsentrasi sampai mati, hal ini menggambarkan bagaimana
orang-orang Yahudi memperjuangkan kebenaran mereka sampai datangnya sosok
Albert Einstein yang menyelamatkan ras Yahudi dengan penemuannya. Dengan kata
lain, kemajuan teknologi yang ada pada peradaban saat ini merupakan buah jerih
payah bangsa Yahudi dan bangsa lain seolah tidak memiliki kontribusi apapun.
Contoh
lain, ketika seorang yang menulis sejarah itu seorang Nasrani, mungkin dia akan
menceritkan sejarah perjuangan bangsa Nasrani sampai mereka menjadi agama
mayoritas 3 benua (Eropa, Amerika dan Australia), bagaimana kesucian para paus,
uskup, pastor, biarawan dan biarawati menjadi agen-agen greja dilingkungannya.
Skandal-skandal
yang pernah terjadi seolah terkubur, dipoles dengan karya-karya mereka yang
diungkap secara hiperbola dan mendunia, sekali lagi seolah pihak lain tidak
memiliki kontribusi akan peradaban ini.
Begitulah
sejarah, satu-satunya ilmu pengetahuan yang memiliki seubjektifitas tinggi dan
orang polos pasti akan menerimanya mentah-mentah.
Subhanallah
aku seperti tersambar petir, setelah puzzle demi puzzle itu kusambungkan,
ternyata itulah sebabnya mengapa terjadi dualism fakta sejarah seperti saat
ini. Lalu, bagaimana dengan ummat Islam? Fakta sejarah mana yang akan diambil
sebagai sebuah pijakan suatu standar kebenaran.
Sejarah
memang bukan ilmu pasti, tapi pasti ada satu kebenaran berdasarkan fakta yang
valid, ilmu yang bisa diverifikasi, mampu dipertanggungjawabkan, dan layak
dijadikan gambaran sebuah perjuangan menegakan kebenaran dimasa silam. Waktu
memang tak kan berulang, tapi peristiwa pasti terulang. Itulah inti sejarah, ia
adalah potret pola perjuangan bagi kita, umat manusia setelahnya. Oleh sebab
itu, wajib hukumnya, mengetahui esensi sejarah dari masa ke masa.
Berikut
adalah beberapa alasan pentingnya agan-agan memahami sejarah:
1.
70 % muatan al-quran
merupakan sejarah, dengan demikian Allah SWT pasti memiliki maksud tertentu.
Ketika Allah menceritakan sebuah kisah dalam al-quran, baik berupa kisah
perjuangan, kisah keberhasilan, kisah pembangkangan, dan sejumlah kisah lain
yang Allah ceritakan berikut dengan penyelesaiannya, berupa balasan-balasan
bagi tiap-tiap pelaku sejarah.
Berikut firman Allah dalam surah Yusuf ayat 111
“Sungguh, pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.
(Al-Quran) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai)
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”
(Qs Yusuf: 111)
2.
Dengan memahami
sejarah, kita bisa memiliki rasa optimism yang tinggi sebagai ummat Islam,
mengapa demikian?, begini logikanya, jika pada saat ini ada bangsa lain yang
menjajah dan membatasi ruang gerak ummat Islam, maka dimasa yang akan datang,
kitalah yang akan memegang kendali atas dunia ini. Loh ko bias? PeDe amat? Buka
PeDe tapi ini adalah efek beriman kepada Al-Quran. Heehee
Liat ayat ini deh, Cekidot.. Qs Ali-Imran: 104
“Jika kamu (pada
perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badr) mendapat luka
yang serupa, Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami Pergilirkan di antara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah Membedakan orang-orang
yang beriman (dengan orang-orang yang kafir) dan agar sebagian kamu
Dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang
zalim” (Qs Ali Imran: 140)
Gimana? Dahsyat banget kan ayat itu. Bener-bener penyejuk
hati buat orang-orang beriman kaya kita, bikin optimis dan tambah semangat
beribadah. Begitulah sunatullah, kemenangan adalah suatu yang dipergilirkan.
(Subhanallah Mamah Dedeh)
Kalo kamu lihat ayat di atas, ayat itu memang
mengkisahkan mengenai dua perang yang pada akhirnya, Ummat Islam berada pada
dua buah hasil yang kontras. Menang dan kalah. Tapi guys, perlu kalian tahu
bahwa kemenangan hakiki hanya akan Allah sematkan pada para pejuang-Nya, yang
siap berperang membela Islam (Wuiiiih Sadis bahasanya), ntar gw dianggap ISIS
lagi, heeehee peace ah.. oke gini deh biar simple, agan dengerin cerita ane
bae-bae.
Soccer, atau cabang oleh raga yang paling digilai di dunia ini,
para penggila bola ini akan rela membayar tiket semahal apapun, antri sepanjang
apapun tentu tidak masalah, asalkan bisa melihat secara langsung acara berebut
bola rame-rame itu, ketika wasit
meniupkan peluit tanda pertandingan dimulai, kedua kesebelasan siap merebut,
mengover dan mencetak gol untuk saling mengalahkan satu sama lain.
Ketika ada seorang pemain yang berhasil mencetak gol
berkali-kali ke gawang lawan, pasti semua timnya bangga, suporternya bangga,
coach-nya bangga, lebih dari itu negaranya pun bangga.
Sebut saja Mesut, si Mesut berhasil menyabet rekor
sebagai pencetak gol terbanyak dalam kurun waktu 10 tahun di dunia persepak
bolaan dunia. Akhirnya FIFA memberikan apresiasi berupa sepatu emas kepada si
Mesut, seluruh official dari tim si Mesut diundang secara khusus oleh FIFA.
Sepatu emaspun diberikan secara langsung oleh CEO FIFA ke tangan si Mesut.
Terdengar riuh tepuk tangan dari semua yang hadir di acara tersebut, terlebih
ketika tim si Mesut disebut sebagai tim sepak bola terbaik dunia, dan tim juga
berhak mendapatkan hadiah uang sebesar 500 juta dolar.
Sementara supporter dan komentator, tidak mendapatkan
apapun, mengapa demikian? Karena mereka hanya penikmat dan penonton saja, sibuk
bercuap-cuap mengungkapkan strategi penyerangan untuk membobol gawang lawan,
tanpa sedikitpun pernah turun tangan untuk memperjuangkan tim kesayangannya.
Begitupula yang terjadi dengan sejarah, manakala
agan-agan hanya bercuap-cuap atau bahkan cuman update status aja, niscaya tidak
akan mendatangkan kemaslahatan apapun tapi jika agan memperjuangkan kebenaran,
maka suatu saat akan ada tinta emas yang akan menuliskan pengorbanan agan.
Allah akan mengundang kedalam syurga secara khusus bagi para pejuang yang gugur
di dunia dalam rangka membela apa yang diinginkan-Nya.
Semuanya saya serahkan kepada agan, agan mau jadi pelaku
sejarah atau penonton sejarah. Mumpung masih di dunia, we have so many choice.
Berbuat dan perjuangkan kebenaran semampu agan, sesuai
dengan bakat dan potensi yang sudah Allah bekali kepada kita semua.
Catatan
sepulang kerja. Bandung. 21 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar