Selasa, 21 Oktober 2014

Menukar Sejarah



Sejarah merupakan mata pelajaran paling menjemukan saat aku duduk di bangku SMP, bukan karena guruku tak pandai menjelaskan, hanya saja mungkin aku yang terlampau tak faham apa gunanya. Begitu juga ketika aku masuk sekolah di tingkat SMA, sejarah bagiku hanyalah kepingan batu berpasagan yang kehilangan pasangannya, tak ada kewajiban bagiku mencarinya. Apa gunanya?

Namun ada potret lain dari pelajaran sejarah ketika aku duduk di bangku akhir SMA, dulu di sekolahku memang ada dua guru sejarah, 1 sejarah nasional dan 1 lagi sejarah pendidikan Islam (SKI). Dari kedua pelajaran itu, hanya ada 1 guru yang menjadi favoritku, sampai saat ini kisah penaklukan Andalusia (Spanyol) oleh tentara Islam yang dia jelaskannya, sungguh masih melekat di otaku. Peristiwa berharga itu, dia kisahkan kepada kami di tengah hari siang bolong dengan nada heroic dan sesekali diselingi dengan sifat jenakanya. Dialah Ust. Herlan Sudarsa, namanya sungguh melekat. Darinyalah aku mulai menyukai sejarah.

Semenjak saat itu, aku mulai memiliki paradigma yang berbeda tentang sejarah. Aku mulai berfikir bagaimana caranya supaya aku mengenal sosok-sosok muslim hebat zaman dulu. Aku mulai penasaran dengan kehebatan mereka.

Saat masuk ke dunia kuliah, aku semakin menyukainya saja, beberapa kali ku ikuti seminar tentang sejarah di Bandung, semakin hari aku pun semakin takjub, dan semakin pariatif saja cara Tuhan memberi hidayah kepadaku melalui sejarah.

Dia memperkenankan aku berkenalan dengan teman yang juga sama-sama menyukai sejarah, dia punya buku berikut film-film sejarah. Membeli buku tebal dan berkwalitas adalah suatu kemustahilan untuk mahasiswa pas-pasan sepertiku, akhirnya aku memberanikan diri untuk meminjam pada temanku. Ingin sekali rasanya aku menonton film-film sejarah yang dia miliki, namun apa daya, aku tak punya computer apalagi laptop untuk menunjukan wujud file-nya waktu itu.

Aku mulai melahap habis semua buku-buku itu, aku semakin gila sejarah, setiap mata kuliah sejarah, nilaiku pasti selalu bagus, seiring waktu Alhamdulillah Tuhan memperkenanku memiliki laptop, dan file-file yang dulu usang karena hanya di simpan di flashdisk, kini dia bisa menunjukan senyum meronanya di hadapanku. Kubuka file demi file, aku ternyata memang maniak sejarah. Mulai dari durasi film yang 2 jam sampai yang 18 jam semuanya kulahap habis dalam waktu hanya beberapa minggu.

Aku senang, sungguh di dunia ini ada segelintir orang yang memvisualkan sejarah, sehingga bisa diingat oleh orang-orang yang anti auditori sepertiku. Itulah visualisasi sejarah sungguh hebat.

Namun ditengah perjalananya, semakin aku faham, semakin kontroversi sejarah versi satu dan versi lain. Sebagi contoh, ada dua buku yang membahas sejarah proklamasi bangsa Indonesia. Dibuku pertama di jelaskan bahwa proklamasi terjadi karena Jepang telah menyerah dengan sekutu, dimana bung Karno sebagai bapak proklamator yang namanya masih harum sampai detik ini sungguh tak tergantikan jasanya.

Sementara itu dibuku lain, perjuangan perebutan Indoensia dari tangan penjajah merupakan jerih payah para ummat Islam Indonesia yang mati-matian melawan para penjajah dan orang-orang pribumi yang berpangku tangan dengan penjajah. Saat itu mulailah intuisiku berjalan, mengapa ada dua versi? Apakah standar penelitiannya berbeda?

Seketika di saat jam mata kuliah metode penelitian kutanyakan pada sang dosen Bpk. Abbas (Pakar Kualitatif dari Un. Hasanuddin Makasar). “Bpk, mengapa dalam satu objek penelitian ada dua hasil yang berbeda, apakah standar penelitiannya berbeda? Atau apakah bukti-bukti menunjukan berbeda? Sebagai contoh di pelajaran sejarah bla-bla-bla” Sambil menarik nafas dalam-dalam, Bpk. MetLit mulai menjawab. “Hasil penelitian pada metode kualitatif memang bergantung kepada si peneliti itu sendiri, walaupun dengan metode yang sama dua kepala pasti akan menitik beratkan pada hal yang berbeda” begitu ungkapnya.

Sejenak otak ku termenung, jika standar kebenaran sebuah fakta sejarah bersifat subjektif, bagaimana caraku untuk bisa menemakan kebenaran yang sesungguhnya terjadi, ini sulit berarti tidak ada yang bias kupercaya. #otaku mulai bekerja

Sepulang kuliah, aku bertemu lagi dengan teman sepadepokanku yang gila sejarah hee. Dia bilang kalau sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang bisa digunakan sebagai alat propaganda yang efektif untuk membentuk opini public, oleh sebab itu sejarah akan selalu berpihak kepada siapa yang berkuasa. Karena disitulah si penguasa diuntungkan, dengan kata lain, paradigma berfikir masyarakat akan menganggap bahwa system yang berlaku saat itu adalah benar. Itulah sebabnya pelajaran sejarah tidak pernah dikurangi jamnya hingga saat ini dalam kurikulum pendidikan. Sebagai contoh, sejarah yang ditulis oleh ilmuwan Yahudi, mungkin akan menjelaskan bagaimana dulu Yahudi disiksa oleh rezim Nazi, mereka disiksa di camp-camp konsentrasi sampai mati, hal ini menggambarkan bagaimana orang-orang Yahudi memperjuangkan kebenaran mereka sampai datangnya sosok Albert Einstein yang menyelamatkan ras Yahudi dengan penemuannya. Dengan kata lain, kemajuan teknologi yang ada pada peradaban saat ini merupakan buah jerih payah bangsa Yahudi dan bangsa lain seolah tidak memiliki kontribusi apapun.

Contoh lain, ketika seorang yang menulis sejarah itu seorang Nasrani, mungkin dia akan menceritkan sejarah perjuangan bangsa Nasrani sampai mereka menjadi agama mayoritas 3 benua (Eropa, Amerika dan Australia), bagaimana kesucian para paus, uskup, pastor, biarawan dan biarawati menjadi agen-agen greja dilingkungannya.

Skandal-skandal yang pernah terjadi seolah terkubur, dipoles dengan karya-karya mereka yang diungkap secara hiperbola dan mendunia, sekali lagi seolah pihak lain tidak memiliki kontribusi akan peradaban ini.

Begitulah sejarah, satu-satunya ilmu pengetahuan yang memiliki seubjektifitas tinggi dan orang polos pasti akan menerimanya mentah-mentah. 

Subhanallah aku seperti tersambar petir, setelah puzzle demi puzzle itu kusambungkan, ternyata itulah sebabnya mengapa terjadi dualism fakta sejarah seperti saat ini. Lalu, bagaimana dengan ummat Islam? Fakta sejarah mana yang akan diambil sebagai sebuah pijakan suatu standar kebenaran. 

Sejarah memang bukan ilmu pasti, tapi pasti ada satu kebenaran berdasarkan fakta yang valid, ilmu yang bisa diverifikasi, mampu dipertanggungjawabkan, dan layak dijadikan gambaran sebuah perjuangan menegakan kebenaran dimasa silam. Waktu memang tak kan berulang, tapi peristiwa pasti terulang. Itulah inti sejarah, ia adalah potret pola perjuangan bagi kita, umat manusia setelahnya. Oleh sebab itu, wajib hukumnya, mengetahui esensi sejarah dari masa ke masa.

Berikut adalah beberapa alasan pentingnya agan-agan memahami sejarah:

1.        70 % muatan al-quran merupakan sejarah, dengan demikian Allah SWT pasti memiliki maksud tertentu. Ketika Allah menceritakan sebuah kisah dalam al-quran, baik berupa kisah perjuangan, kisah keberhasilan, kisah pembangkangan, dan sejumlah kisah lain yang Allah ceritakan berikut dengan penyelesaiannya, berupa balasan-balasan bagi tiap-tiap pelaku sejarah.
Berikut firman Allah dalam surah Yusuf ayat 111

Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Quran) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
(Qs Yusuf: 111)

2.      Dengan memahami sejarah, kita bisa memiliki rasa optimism yang tinggi sebagai ummat Islam, mengapa demikian?, begini logikanya, jika pada saat ini ada bangsa lain yang menjajah dan membatasi ruang gerak ummat Islam, maka dimasa yang akan datang, kitalah yang akan memegang kendali atas dunia ini. Loh ko bias? PeDe amat? Buka PeDe tapi ini adalah efek beriman kepada Al-Quran. Heehee

Liat ayat ini deh, Cekidot.. Qs Ali-Imran: 104
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badr) mendapat luka yang serupa, Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami Pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah Membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang yang kafir) dan agar sebagian kamu Dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim” (Qs Ali Imran: 140)  

Gimana? Dahsyat banget kan ayat itu. Bener-bener penyejuk hati buat orang-orang beriman kaya kita, bikin optimis dan tambah semangat beribadah. Begitulah sunatullah, kemenangan adalah suatu yang dipergilirkan. (Subhanallah Mamah Dedeh)

Kalo kamu lihat ayat di atas, ayat itu memang mengkisahkan mengenai dua perang yang pada akhirnya, Ummat Islam berada pada dua buah hasil yang kontras. Menang dan kalah. Tapi guys, perlu kalian tahu bahwa kemenangan hakiki hanya akan Allah sematkan pada para pejuang-Nya, yang siap berperang membela Islam (Wuiiiih Sadis bahasanya), ntar gw dianggap ISIS lagi, heeehee peace ah.. oke gini deh biar simple, agan dengerin cerita ane bae-bae.

Soccer, atau cabang oleh raga yang paling digilai di dunia ini, para penggila bola ini akan rela membayar tiket semahal apapun, antri sepanjang apapun tentu tidak masalah, asalkan bisa melihat secara langsung acara berebut bola rame-rame itu,  ketika wasit meniupkan peluit tanda pertandingan dimulai, kedua kesebelasan siap merebut, mengover dan mencetak gol untuk saling mengalahkan satu sama lain.

Ketika ada seorang pemain yang berhasil mencetak gol berkali-kali ke gawang lawan, pasti semua timnya bangga, suporternya bangga, coach-nya bangga, lebih dari itu negaranya pun bangga.

Sebut saja Mesut, si Mesut berhasil menyabet rekor sebagai pencetak gol terbanyak dalam kurun waktu 10 tahun di dunia persepak bolaan dunia. Akhirnya FIFA memberikan apresiasi berupa sepatu emas kepada si Mesut, seluruh official dari tim si Mesut diundang secara khusus oleh FIFA. Sepatu emaspun diberikan secara langsung oleh CEO FIFA ke tangan si Mesut. Terdengar riuh tepuk tangan dari semua yang hadir di acara tersebut, terlebih ketika tim si Mesut disebut sebagai tim sepak bola terbaik dunia, dan tim juga berhak mendapatkan hadiah uang sebesar 500 juta dolar.

Sementara supporter dan komentator, tidak mendapatkan apapun, mengapa demikian? Karena mereka hanya penikmat dan penonton saja, sibuk bercuap-cuap mengungkapkan strategi penyerangan untuk membobol gawang lawan, tanpa sedikitpun pernah turun tangan untuk memperjuangkan tim kesayangannya.

Begitupula yang terjadi dengan sejarah, manakala agan-agan hanya bercuap-cuap atau bahkan cuman update status aja, niscaya tidak akan mendatangkan kemaslahatan apapun tapi jika agan memperjuangkan kebenaran, maka suatu saat akan ada tinta emas yang akan menuliskan pengorbanan agan. Allah akan mengundang kedalam syurga secara khusus bagi para pejuang yang gugur di dunia dalam rangka membela apa yang diinginkan-Nya.

Semuanya saya serahkan kepada agan, agan mau jadi pelaku sejarah atau penonton sejarah. Mumpung masih di dunia, we have so many choice.

Berbuat dan perjuangkan kebenaran semampu agan, sesuai dengan bakat dan potensi yang sudah Allah bekali kepada kita semua. 


Catatan sepulang kerja. Bandung. 21 Oktober 2014






Minggu, 06 April 2014

Ihdinas Shiraatal Mustaqiim

Awalnya ku kira puncak gunung itu hanya legenda dan mitos orang-orang terdahulu, semakin dewasa aku mencari dan mencari, oh ternyata gunung itu nyata dan bisa didaki siapa saja yang menignginkannya.

kemudian ku mencoba menapakkan kaki lemah ini dengan 20 % keyakinan dan 80 % nekat. Aku begitu khusuk menjalaninya, semaksimal mungkin ku buat mulus jalan itu, tanpa berbuat kesalahan di sepanjang jalan, namun ada saja ujian keindahan di pinggir jalan itu, ah kadang terfikir untuk mampir… namun Dia selalu menyadarkanku, kalau ini bukan pencarian harta karun, karena bukan itu sesungguhnya tujuan akhirku.

Di tengah perjalanan mendaki lagi gelap itu, dari kejauhan kulihat ada cahaya. Aku mencoba mendekatinya ohh subhanallah, betapa sempurnanya cahaya itu, semakin ku dekati sinarnya semakin terang, sehingga terlihatlah kesalahanku. Aku pun sigap merubah kompasku, berfikir dan memperbaiki arahku, ohh ternyata sulit, tapi pasti kan kucoba.

Dalam pendakian itu kadang ada badai, cuaca buruk, hujan deras dan panas terik tapi Dia segera mengirimkan embun yang menyegarkanku, mentari cerah dan kejaiban yang datang secara tiba-tiba, terkadang aku diberi-Nya puzzle yang potongan akhirnya baru kutemukan setelah aku terjatuh dari ketinggian, ku fikirkan lagi langkahku oh..mungkin barang bawaanku banyak yang tak berguna, lalu kutinggalkan sebagian, supaya punggungku tak terlampau berat.

Semakin kudaki, dadaku kian sesak badainya semakin kencang, bahkan oksigenpun terbatas, jalan mendaki lagi sukar itu ternyata jauh, entah kapan aku menginjak puncaknya, semoga tak ada yang menjemputku pulang sebelum aku menginjak puncak itu, tapi jika memang aku dijemput lebih awal mau bilang apa, aku ikhlas mempersembahkan karya sederhanaku dalam perjalanan menuju puncak-Nya.


Senin, 13 Januari 2014

Cikutra,13 Januari 2014/12 Rabiul Awal 1435 H

My Beloved Prophet Muhammad saw. (Miss you my prophet)

Hari ini adalah hari kelahiran junjunanku, tepatnya milad my beloved Prophet Muhammad saw, subhanallah manusia mulia itu sudah 1443 tahun lalu di lahirkan, dia telah berlalu dengan segala keindahan sifatnya. Ketulusan dan kemurnian tauidnya telah menerangi alam semesta.

Dia lah putra Abdullah yang walaupun jarak jauh memisahkanku dengannya, dia selalu mengingatku dan menghawatirkanku lebih dari orang tuaku, dia lah yang telah membuka pikiran dan mata hatiku, dialah yang telah membuat hidupku lebih indah, jelas dalam memandang, jernih dalam berfikir dan berusaha ikhlas dalam berderma.

Aku mungkin bukan ummat terbaiknya, tetapi aku selalu berdoa untuk menjadi pengikutnya, mencintai sunnahnya dan mengikuti jejaknya. Aku selalu rindu bertemu dengannya, aku selalu ingin menjadi ummat fanatiknya, menjadi pembela agama yang di bawanya dan menjadi seseorang yang di banggakannya.

Aku mencintainya, sungguh aku mencintainya. Sampai detik ini, aku tak pernah menemukan cinta setulus cintanya pada kami ummatnya, lebih dari cinta seorang ayah pada anaknya, sungguh aku memuja keperibadiannya, sangat mulia, sangat cerdas, sangat kharismatik dan yang paling penting, musuhpun mengakui kehebatannya.

Aku hanyalah seorang wanita polos yang mungkin belum merasakan pahitnya perjunganmu, aku hanya seorang anak manusia yang belum merasakan indahnya pengabdianmu kepada Rabb kita, aku juga hanya seorang manusia lemah yang belum tahu cara bersyukur sebagaimana engkau bersyukur.

Tapi aku selalu berusaha untuk menjadi seperti itu.

Aku adalah seseorang yang masih memiliki segudang penyakit hati yang akut, aku adalah akumulasi tulang dan daging yang masih ketakutan jika suatu saat potongan-potongan daging dan tulang itu di minta pertanggung jawaban, aku adalah setitik makhluk di bumi yang masih merusak titik-titik yang lain, aku masih makhluk kotor yang belum faham bagaimana membersihkan diri.

Tapi aku akan berusaha untuk keluar dari zona itu.

Ya Hadii..

Jadikanlah aku pengikut kekasih-Mu, yang senantiasa mengabdi kepada-Mu dalam kondisi lapang maupun sempit, menjadi makhluk-Mu yang senantiasa bertasbih mengagungkan nama-Mu dengan setiap kata dan tindakanku.

Jauhkanlah aku dari perbuatan dosa yang dapat menjerumuskanku, jagalah aku dari setiap kemaksiatan yang mendekatkanku kepada neraka-Mu.

Ya Shammad..

Istiqamahkanlah aku di dalam diin-Mu, menjadi pembela agama-Mu sampai akhir hidupku, menjadi barisan terdepan dalam menegakan haq-Mu, golongknlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shaleh, yang senantiasa bersyukur atas setiap anugrah-Mu, bimbinglah aku, jangan sesatkan aku.

Ya Rabbanaa, istajib du’aanaa

Rabbi hablii hukma, wa alhiqnii bis shaalihiin

Rabbanaa laa tuzig quluubanaa ba’da idzhadaitanaa, wahablanaa min ladunka rahmah innakaa antal wahhaab. Amiin ya rabbal aalamiin.