Selasa, 29 Januari 2019

Makalah Hadits Tarbawi


TUJUAN PENDIDIKAN DALAM TINJAUAN HADITS TARBAWI
Revisi Makalah Ini Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Ujian Akhir Semester Pada Mata Kuliah Hadits Tarbawi.
Dosen Pengampu: Dr. H. Maslani, M.Ag.









Nama: Afaf Najihah
NIM: 218004002





PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
1440 H/2019 M

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, atas karunia dan limpahan rahmat-Nya, kita semua berada dalam hidayah dan lindungan-Nya. Shalawat serta salam, tetap tercurah kepada pahlawan Islam utama yang telah membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya, habiibana wanabiyyana Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘alaihi wa Sallam.
            Dalam rangka mempelajari mata kuliah Hadits Tarbawi, maka disusunlah sebuah makalah yang berjudul Tujuan Pendidikan Islam Dalam Tinjauan Hadits Tarbawi, sebagai sebuah media untuk memahami materi dan maksud pendidikan Islam, agar pemakalah dan para mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam dapat lebih memahami mengenai tujuan pendidikan Islam sebagaimana tersirat dan tersurat dalam sunnah dan hadits Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wa Sallam.
            Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak keterbatasan, makalah ini masih berupa penjelasan singkat yang bisa disajikan. Untuk itu, penulis memohon kepada Dosen Pengampu juga seluruh pembaca, untuk berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun dalam rangka penyempurnaan dan perbaikan pada karya tulis mendatang.
            Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian, dan dicatat sebagai amal saleh penulis oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
                                   
Bandung, 30 Desember 2018
Penulis
I

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
……..…………………………………………………………………..i
Daftar Isi
………………………………………………………………………. ii
BAB I Pendahuluan


A. Latar Belakang
...……………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah
…………………………………………………………. 1

C. Tujuan Penelitian
……………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN


A. Hadits Yang Memuat Tujuan Pendidikan
…..……………………………..3

B. Ulum Al Hadits
……………………………………...……………………..4

C. Terjemah
……………………………………………...……………………9

D. Isi Pokok Hadits
………………………………………………………….10

E. Analisis Teoritis dan Praktis
………………………………………………11
BAB III Penutup dan Simpulan
……………………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………...17






















ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tujuan dalam pendidikan merupakan sebuah target yang harus dicapai oleh peserta didik dengan bimbingan penuh para pendidik. Baik yang berupa jangka pendek maupun jangka panjang, dalam Islam sendiri sesungguhnya tujuan ini telah ditempuh oleh Rasulullah SAW dalam membina para sahabat di masa kenabiannya.
Rasulullah SAW dalam kurun waktu kurang lebih 23 tahun telah berhasil menghantarkan para sahabat dalam meraih tujuan dunya hasanah dan akhirat hasanah, sepeninggal Rasulullah, para sahabat terbukti mampu meraih kejayaan dunia tanpa harus terperdaya oleh harta, tahta maupun wanita, tak sedikit dari mereka yang bahkan dijamin akan mendapatkan kebahagiaan kelak di akhirat berupa surga, sebuah jaminan yang tak tanggung-tanggung, yang hanya berhak didapatkan oleh mereka yang mampu menuntun dirinya untuk fokus pada tujuan pendidikan yang selama itu mereka dapatkan dari Rasulullah.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian penulis pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana tujuan pendidikan dalam tinjauan hadits Rasulullah SAW?
2.      Bagaimana kandungan teks tentang tujuan pendidikan yang terdapat dalam hadits-hadits tersebut?
3.      Bagaimana analisis hadits tentang tujuan pendidikan dalam tinjauan hadits Rasulullah saw?



C. Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam dalam tinjauan hadits Rasulullah saw.
2.      Untuk mengetahui kandungan teks tentang tujuan pendidikan yang terdapat dalam hadits-hadits tersebut
3.      Untuk mnegetahui analisis hadits tentang tujuan pendidikan Islam dalam tinjauan hadits Rasulullah saw.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Beberapa Hadits Yang Memuat Tujuan Pendidikan Islam
1.      Agar Tercapai Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, nomor hadits 5910. 
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار.(رواه البخاري)

2. Agar Mengabdikan Diri Kepada Allah
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari Nomor. 6938
حدثني إسحاق بن إبراهيم سمع يحيى بن آدم حدثنا أبو الأحوص عن أبي إسحاق عن عمرو بن ميمون عن معاذ  قال * كنت ردف النبي  - عليه الصلاة والسلام - على حمار يقال له عفير فقاليَامُعَاذُ ، أَتَدْرِيْ مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ ؛ قَالَ : حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلَا يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا ، وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا. قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ، أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ ؟ قَالَ : لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوْا.(رواه البخاري)


3. Agar Menjadi Pemimpin Yang Bertanggung Jawab
Dalam hadits Bukhari nomer hadits 844
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمَرْوَزِيُّ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنَا سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِأَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُول: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ قَالَ وَحَسِبْتُ أَنْ قَدْ قَالَ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي مَالِ أَبِيهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.(رواه البخاري)
B.     ‘Ulum Al Hadits
1.      Hadits Pertama
a.   Skema sanad

b.   Kualitas Rawi[1]
Nama (tertulis)
Nama Asli
Lahir dan Wafat
Martabat
Maqamah
Thabaqat
Anas
أنس بن مالك بن النضر بن ضمضم بن زيد بن حرام
?-93 H
صحابى
Basrah Iraq
1

Abdul Aziz
عبد العزيز بن رفيع الأسدى
?-130 H
ثقة
Kuffah
4
الوسطى من التابعين
Abdul Warits
عبد الوارث بن سعيد بن ذكوان التميمى
?-180 H
ثقة
?
8
Musaddad
مسدد بن مسرهد بن مسربل بن مستورد الأسدى
?-228 H
ثقة حافظ
?
10
كبار الآخذين عن تبع الأتباع
Bukhari
محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة الجعفى
194-256 H
الإمام صاحب " الصحيح " و كان إماما حافظا حجة رأسا فى الفقه و الحديث ، مجتهدا ، من أفراد العلم مع الدين و الورع و التأله
سمرقن
11
أوساط الآخذين عن تبع الأتباع

c.   Asbabul Wurud
Dalam sahih Muslim, Anas berkata bahwa bila Nabi saw hendak berdoa meminta sesuatu, maka beliau berdoa dengan doa ini. Nabi saw juga berdoa dengan doa ini ketika berada di antara Yamani dan Hajar Aswad.
Nabi saw pun pernah menjenguk orang yang kepayahan karena sakit, sehingga badan orang yang sakit tersebut mirip seperti anak burung karena kurusnya, kemudian Nabi saw bertanya kepada orang tersebut, “adakah kau berdoa meminta sesuatu kepada Allah?” ia menjawab “ya, saya berdoa, ya Allah bila Engkau hendak menghukumku di akhirat, maka segerakanlah hukuman itu di dunia”. Maka Nabi saw pun bersabda “Engkau tidak akan kuasa menanggungnya. Mengapa engkau tidak berdoa …” lalu beliau membaca doa di atas, lalu beliau mendoakannya dan Allahpun menyembuhkannya (dalam riwayat lain, orang tersebutpun berdoa dengannya). (HR. Muslim)
2.      Hadits Kedua
a.   Skema Sanad
b.   Kualitas Rawi[2]
Nama (tertulis)
Nama Asli
Lahir dan Wafat
Martabat
Maqamah
Thabaqat
Mu’adz
معاذ بن جبل بن عمرو بن أوس بن عائذ بن عدى بن كعب بن عمرو الأنصارى الخزرجى
?-18 H
صحابى
الشام
1
Amr bin Maymun
عمرو بن ميمون الأودى
?-74 H
ثقة
?
2
من كبار التابعين
Abi Ishaq
عمرو بن عبد الله بن عبيد أو على أو ابن أبى شعيرة ، الهمدانى ، أبو إسحاق السبيعى
?-129 H
ثقة مكثر عابد ، اختلط بأخرة
الكوفة
3
من الوسطى من التابعين
Abul Ahwas
عمار بن رزيق ، الضبى و يقال التميمى
?-159 H
لا بأس به

قال لى أبو أحمد الزبيرى : لو اختلفت إليه لكفاك أهل الدنيا
?
8
من الوسطى من أتباع التابعين
Yahya bin Adam
يحيى بن آدم بن سليمان القرشى الأموى
?-203 H
ثقة حافظ فاضل
?
9
من صغار أتباع التابعين
Ishaq bin Ibrahim
إسحاق بن إبراهيم بن مخلد بن إبراهيم بن مطر الحنظلى
?-166 H
ثقة حافظ مجتهد
نيسابور
10
كبار الآخذين عن تبع الأتباع ?
Bukhari
محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة الجعفى
194-256 H
الإمام صاحب " الصحيح " و كان إماما حافظا حجة رأسا فى الفقه و الحديث ، مجتهدا ، من أفراد العلم مع الدين و الورع و التأله
سمرقن
11
أوساط الآخذين عن تبع الأتباع


c.   Asbabul Wurud
Tidak ditemukan asbabul wurud pada hadits tujuan pendidikan nomor. 2 tersebut.

3.      Hadits Ketiga
a.   Skema sanad
b.   Kualitas perawi
Nama (tertulis)
Nama Asli
Lahir dan Wafat
Martabat
Maqamah
Thabaqat
Abdullah bin Umar
Abdullah bin Umar bin al Khatab
610-693 M/73 H
Sahabat
Madinah
1
Salim bin Abdullah
Salim bin Abdullah bin Ummar bin al Khatab
?-106 H
Shoduq dan ahli fiqih
Madinah
2
Muhammad bin Muslim
Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab
?- 124 H
Ahli fikih/ mutqin
Madinah
2
Yunus
Yunus bin Yazid bin Abi An Najjad
?-124 H
Shoduq
Syam
Tabi’ut tabiin kalangan tua
Abdullah
Abdullah bin al Mubarak bin Wadlih
118-181 H
tsiqqoh

Tabi’ut tabiin kalangan pertengahan
Bi’syir
Bi’syir bin Muhammad
150-224 H
Shoduq, tsiqoh
Baghdad
Tabi’in kalangan tua
Laits
Laitz bin Sa’ad bin Abdurrahman
93-175 H
Tsiqoh tsubut


Bukhari
Muhammad bin Ismail bin Al Mugiroh al Ja’fi (Kunyahnya Abu Hasan al Bukhari)
194-256 H

Samarkand Uzbekistan


c.   Asbabul wurud
Tidak ditemukan asbabul wurud berkaitan dengan pembahasan hadits nomor 3 tersebut.


C. Terjemah
1.      Hadits Pertama: tentang tujuan pendidikan Islam adalah mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Abdul Warits, dari Abdul Aziz dari Anas ia berkata: “Doa yang paling sering dipanjatkan Rasulullah SAW adalah: Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah wafil aakhirati hasanah waqinaa adzaabannaar. Wahai Rab kami, karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan hindarkanlah kami dari siksa api neraka”. (HR. Bukhari, No. Hadits: 5910)

2.      Hadits Kedua
“Hai Mu’adz, tahukah kamu hak Allah atas hamba?”, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu,” Jawab Mu’adz. Nabi bersabda lagi: “Yaitu agar mereka beribadah kepada-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun.” Tahukah engkau, apa hak mereka atas Allah?” Tanya Nabi selanjutnya. “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”. Jawab Mu’adz. Nabi Bersabda: “Yaitu agar Dia tidak menyiksa mereka”. (HR Bukhari. No. 6938)


3.      Hadits Ketiga
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggungjawaban atas urusan rumah tangganya tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam harta tuannya, dan akan diminta pertanggungjawaban atas tanggung jawab tersebut”. Aku menduga Ibnu Umar menyebutkan: “Dan seorang laki-laki adalah pemimpin atas harta bapaknya, dan akan diminta pertanggungjawaban atasnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya”.  (HR. Bukhari. Nomor Hadits: 844)

D. Isi Pokok Hadits
1.      Hadits tentang mencapai kebahagaiaan dunia dan akhirat
Hadits dari Anas bin Malik r.a. mengenai doa kebaikan dunia dan akhirat adalah benar adanya. Merupakan sebuah doa yang paling sering dipanjatkan oleh Nabi saw sebab doa tersebut mencakup seluruh kebutuhan seorang mukmin yakni kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sampai Anas bin Malik r.a. mengatakan, sungguh ini adalah doa yang agung, maka sudah sepantasnya seorang mukmin memperbanyak doa tersebut.[3]

2.      Hadits tentang hak Allah atas hamba-Nya
Menurut mayoritas para ulama, hadits ini mengandung tiga isyarat yang harus diperhatikan bagi setiap muslim. Yakni pertama, tauhid adalah hak Allah yang paling besar, oleh sebab itu konsekuensinya maka tauhid adalah kewajiban seorang hamba yang paling besar baik secara rububiyah, uluhiyah, mulkiyah maupun asma wasshifat oleh sebab itu hadits ini sangat sekaligus bermunasabah dengan QS 51: 56 yang berisi perintah untuk beribadah. Kedua,  larangan berbuat syirik. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari isyarat pertama, orang yang tertanam jiwa ketauhidan dalam dirinya, maka akan serta-merta menjauhi syirik. Ketiga, balasan bagi seorang ahli tauhid. Yakni mendapat kemanan baik di dunia maupun di akhirat, terhindar dari adzab dan senantiasa dilingkupi keselamatan.[4]

3.      Hadits tentang memiliki pribadi yang berjiwa pemimpin
Dalam beberapa hadits yang memiliki kemiripan matan mengenai hadits kullukum ra’in ini, adalah berkaitan hal hukum dan kinerja seorang pegawai (dalam hadits dikatakan sebagai budak) terhadap majikan atau atasannya. Maka kata ra’in dalam hadits ini pada dasarnya berarti seorang penggembala yang menjaga, memandu dan bertanggung jawab penuh terhadap hewan gembalaannya agar tidak terdampak bahaya sebagaimana diamanahkan oleh si pemilik hewan gembalaan tersebut. Maka hadits ini mengisyaratkan bahwa, setiap pemimpin hendaknya membawa kemaslahatan terhadap yang dipimpinnya.[5]

E. Analisis Teoritis dan Praktis
a. Arti Tujuan Pendidikan Islam secara Teoritis
            Dalam kaidah ushuliyah dikatakan bahwa “al umur bi maqasidiha” bahwa setiap tindakan harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan Islam dan segala aspeknya. Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia, manusia bukan hidup kebetulan dan sia-sia, ia membawa tujuan dan tugas hidup tertentu (QS 51: 56), yakni untuk mengabdi kepada Allah. Kedua, memperhatikan sifat dasar manusia yaitu sebagai makhluk yang mempunyai bakat, minat, sifat, karakter dan kecenderungan kepada al hanif (rindu akan kebenaran Tuhan). Ketiga, tuntutan masyarakat atau singkatnya adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan keempat, dimensi keidupan ideal Islam yakni kemampuan untuk mengelola  dan memanfaatkan dunia sebagai bekal hidup di akhirat.[6]
Sementara itu, pendapat sejalan juga dikemukakan Hasan Langgulung, (1989). Menurutnya, tujuan pendidikan Islam tertinggi tiada lain adalah hanya untuk berbakti kepada Allah SWT sebagaimana tercantum dalam QS AL Mujadilah ayat 56, dimana kata berbakti tidak hanya berada pada tataran ritual religious saja melainkan mencakup seluruh aspek kegiatan iman, perasaan dan karya manusia.
            Selanjutnya, karena tujuan tertinggi ini masih bersifat filosofis, maka perlu untuk diejawantahkan menjadi tujuan umum yang bersifat lebih empiric dan praktis, seperti adanya perubahan pola hidup pada peserta didik ke arah yang lebih baik, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dengan demikian, Tujuan umum merupakan turunan dari tujuan tertinggi, bersifat lebih praktis dan riil untuk diraih oleh para peserta didik.
            Adapun turunan dari tujuan umum, maka akan dijumpai tujuan khusus, yaitu tujuan yang menjelaskan perubahan seperti apa yang hendak dicapai oleh para peserta didik dalam menjalankan proses pendidikan tersebut, tujuan khusus dapat disesuaikan dengan kondisi, minat, bakat, kesanggupan subjek didik dan tuntutan yang berlaku pada situasi yang ada.[7]
            Berdasarkan dua pemaparan para ahli di atas, tujuan pendidikan Islam sejatinya adalah sebuah target yang harus mampu mengakomodasi cita-cita peserta didik di kehidupan dunia, yang ditandai dengan akhlak, pengetahuan dan kompetensi yang mumpuni yang mampu menghantarkan mereka pada kebahagiaan duniawi dan mengakomodasi cita-cita peserta didik di kehidupan ukhrawi yang ditandai dengan hidup penuh pengabdian kepada Allah SWT, wafat dalam kondisi husnul khatimah dan menggapai ridlo Allah SWT, yang pada ujungnya insyaAllah akan menghantarkan peserta didik pada kebahagiaan ukhrawi yaitu surga.
            Dengan demikian, ketiga hadits yang telah dibahas di atas, sangat sejalan dengan cita-cita pendidikan Islam. Pertama, tujuan tertinggi ditandai dengan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Kedua, pengabdian diri kepada Allah secara menyeluruh. Ketiga, memiliki kompetensi kepemimpinan dan tanggung jawab dalam setiap keahlian dan profesi yang diemban. Secara singkat, ketiga tujuan itu dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam  adalah terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan kaffah dan mampu menjalankan tugas-tugas kekhalifahan dan pewaris para nabi.

b. Arti Tujuan Pendidikan Islam secara Praktis
            Pembahasan mengenai tujuan pendidikan Islam tentu tidak akan berakhir hanya pada tataran filosofis, perlu adanya penjabaran-penjabaran praktis sehingga bisa diterapkan secara nyata, terukur dan memungkinkan untuk dicapai. Dalam hal ini, penjabaran tujuan sebagaimana tercantum dalam hadits pertama “kebahagiaan di dunia dan akhirat” dan hadits kedua “pengabdian kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun” adalah masih bersifat filosofis. Maka, hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1.      Meningkatkan jiwa dan kesetiaan terhadap Allah semata, dengan memiliki jiwa disiplin dalam melaksanakan ibadah wajib maupun sunnah melalui metode pembiasaan, baik di rumah maupun di sekolah. Mengembangkan wawasan spiritual serta mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks kehidpan modern.
2.      Melaksanakan moralitas islami (akhlak al kariiimah). Kekeluargaan, persaudaraan, penuh keterbukaan yang menumbuhkan prestasi kerja, kreatif, kasih sayang, bijaksana dan arif, kebersamaan, toleransi, keadilan, disiplin, sederhana, dan lain-lain.
3.      Memiliki aqal yang terpelihara. Yakni pengaruh intelegensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan telaah tandan-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan ayat-ayat-Nya yang berimplikasi pada peningkatan iman kepada Allah SWT. Dengan membantu peserta didik berpikir logis dan membimbing proses pemikirannya dengan berpijak pada hipotesis dan konsep-konsep pengetahuan yang dituntut.
4.      Memiliki jasmani yang kuat. Manusia yang akan mengemban tugas kekhalifahan adalah harus manusia yang kuat secara jasmani dan memiliki keterampilan fisik.

Selanjutnya, hadits ketiga mengenai “setiap kita adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya” adalah pembentukan peserta didik sehingga menjadi pribadi yang utuh yang menjadi bagian dari komunitas social. Dalam bahasa yang lebih praktis Mohammad Athiyah Al Abrosyi sebagaimana dikuti oleh Ahmad Syar’i menyatakan bahwa peserta didik yang berjiwa pemimpin bisa berarti yang menguasai profesi tertentu, teknis tertentu atau lembaga tertentu serta mendayagunakan rezeki dengan tetap memelihara kerohanian keagamaan dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhan.[8]
           
F. Memposisikan Hadits dalam Teori Pendidikan
            Hadits merupakan sumber utama dalam pendidikan Islam setelah Al Quran, eksistensinya merupakan sumber inspirasi yang berisikan keputusan dan penjelasan Nabi saw dari pesan-pesan ilahiyah yang tidak terdapat dalam Al Quran dan memerlukan penjelasan yang lebih terperinci. Pola pendidikan Rasul tidak terlepas dari dasar, tujuan, metode, materi, evaluasi, kurikulum, pendidik, peserta didik, lembaga pendidikan, dan seluruh yang berkaitan dengan pendidikan Islam baik secara teoritis maupun praktis.[9] Penjelasan mengenai tujuan pendidikan Islam dalam tiga hadits di makalah ini merupakan pemaparan kongkrit atas formulasi hadits Rasulullah mengenai tujuan pendidikan, guna lebih mudah untuk diaplikasikan.
            Paparan hadits pertama, kedua dan ketiga menunjukan, adanya kesinambungan antara makna teoritis hadits dengan prinsip dan ruang lingkup tujuan pendidikan Islam. Al Zantany salah seorang pakar pendidikan di Libya sebagaimana dikutip oleh Suryadi mengatakan bahwa, tujuan pendidikan Islam harus melingkupi enam aspek, yakni:
1.      Tarbiyah al jismiyah: Pendidikan Jasmani
2.      Tarbiyah al ‘aqliyah: Pendidikan Akal
3.      Tarbiyah al ruhiyah: Pendidikan Ruhani
4.      Tarbiyah al wijdaniyah: Pendidikan Emosi
5.      Tarbiyah al Ijtima’iyah: Pendidikan Sosial
6.      Tarbiyah al khuluqiyah: Pendidikan Akhlak[10]
Berdasarkan ruang lingkup pendidikan Islam sebagaimana penjelasan di atas, maka ketiga hadits yang dijelaskan di atas, jelas telah melampaui keenam dimensi tersebut. Untuk lebih jelasnya, penulis akan mencoba membuat table cakupan tujuan pendidikan Islam dengan keenam dimensi pendidikan tersebut.

Tujuan Sesuai Urutan Hadits
Ruang Lingkup
Tujuan Akhir
Hadits ke-2 Pengabdian kepada Allah
Tarbiyatur ruhiyah
Tarbiyatul ‘aqliyah
Tarbiyah khuluqiyah
Hadits ke-1
Kebahagiaan dunia dan akhirat
Hadits Ke-3
Menyiapkan kualitas seorang pemimpin
Tarbiyatul jismiyah
Tarbiyah wijdaniyah
Tarbiyah ijtima’iyah







BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan penjelasan makalah ini, maka setidaknya terdapat tiga tujuan pendidikan Islam dalam kajian hadits tarbawi:
1.      Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk menyiapkan peserta didik tumbuh menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawab, amanah, adil dan membawa maslahat terhadap yang dipimpinnya.
2.      Pendidikan dalam Islam bertujuan agar manusia menanamkan dan menjalankan nilai-nilai ketauhidan kepada Allah saja, tanpa mempersekutukan-Nya.
3.      Pendidikan dalam Islam bertujuan agar manusia bisa mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.


           















DAFTAR PUSTAKA

1.      Al Maktabah Al Syamilah.
2.      Mujib, Abdul. et al. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
3.      Mustain, Zainul. (2018). Kontribusi Hadits Dalam Pendidikan Islam. Jurnal Studi Islam. STAI Pancawahan Bangil Indonesia. Vol. 13. No. 1
4.      Rizal, Samsul. Dkk. (2011). Hadits Tarbawi. Jakarta: Kalam Mulia
5.      Suryadi, Rudi Ahmad. (2011). Hadits: Sumber Pemikiran Tujuan Pendidikan. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim. UPI Bandung. Vol. 9. No. 2 
6.      Syar’i, Ahmad. (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus
7.      Majalah As Sunnah.  Edisi 7.  Tahun 2017 M
8.      Jamilur Rahman As Salafi. Tafsir Hadits Tauhid. Yogyakarta.
9.      Wijaya, Aat Sohim. (2013). Takhrij Hadits Kepemimpinan. Jurnal Pendidikan Islam. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.






[1] Maktabah al Syamilah
[2] Ibid
[3] As Sunnah.  Edisi 7.
[4] Jamilur Rahman As Salafi. Hadits Tauhid. Yogyakarta.
[5] Aat Sohim Wijaya. Takhrij hadits kepemimpinan. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
[6] Abdul Mujib, et, al. (2006). Ilmu Pendidikan Islam, hal 71-72
[7] Ahmad Syar’i, M.Pd. Filsafat Pendidikan Islam, hal 26-27
[8] Ibid. Filsafat Pendidikan, hal. 28
[9] Mustain Zainul. Kontribusi Hadits dalam Pendidikan Islam. Jurnal Studi Islam. Vol. 13 No. 1 Hal. 16
[10] Rudi Ahmad Suryadi. 2011. Vol.9 No. 2. Hal. 174. Hadits sumber pemikiran dan tujuan pendidikan.