Selasa, 10 Maret 2015

Mukjizat yang terlupakan


Aku adalah manusia, manusia yang terdiri dari berbagai macam organ, yang dengan fase alaminya, aku tumbuh dari seorang bayi merah menjadi balita, anak-anak, remaja sampai saat ini mungkin aku telah dikatakan dewasa secara rentang usia manusia. Usia yang terus menerus bertambah tua, angan-angan yang semakin panjang, kebutuhan hidup yang semakin bertambah dan arogansi yang semakin tinggi.

Aku berasal dari segumpal darah yang membelah sel hingga menjadi segumpal daging, kemudian tiba-tiba saja di dalamnya ada tulang, jadilah tulangku terbungkus daging, kemudian sel-sel itu otomatis dengan sendirinya membentuk organ-organ penting seperti mata, telinga, rambut, kaki, tangan dan lain-lain. Sel baik itu tidak pernah salah koordinasi dan intervensi tugas satu sama lain, mereka begitu harmonis dan focus dengan tugasnya masing-masing, karena akulah salah satu diantara sebaik-baik bentuk itu, sampai suatu hari tanggal lima agustus 1989 aku dilahirkan sebagai seorang bayi yang dititipkan kepada seorang ibu yang mulia.

Selama lebih dari 25 tahun perjalanan hidupku di dunia ini, aku sering lupa akan siapa diriku, dari mana asalku dan yang paling penting, akan kemana kembaliku? Sering kali diri ini berdalih untuk menjauh dari pemikiran itu, walau kadang ada yang mengingatkan, tetap saja diri ini sering pura-pura lupa dengan hal itu dan semakin tak peduli, sampai akhirnya sifat lari dari tanggung jawab itupun menjadi karakter yang melekat dan mendarah daging, enggan mengingat dan selalu menghindar jika ada orang yang mengingatkan.

Namun Allah Yang Maha Penyayang itu masih memberikan kesempatan itu padaku, kebaikan-Nya senantiasa meluangkan kesempatan untukku, ah.. mungkin saja makhluk-Ku yang durhaka ini akan bertaubat besok, mungkin lusa, mungkin minggu depan, atau mungkin bulan depan? Kebaikan-Nya memberikan kesadaran kepadaku setelah aku menyi-nyiakan hidupku selama lebih dari seperempat abad? Aku tak pernah berusaha mengenal-Nya, namun Dia mengingatkanku akan tempat kembaliku dengan surat cinta-Nya. Sungguh aku malu

Dia memintaku untuk merubah kebiasaan buruku sebelum datang suatu hari yang tak dapat ditolak kedatangannya, jika tidak mau bernasib sama dengan orang-orang durhaka terdahulu, ini dia surat cinta itu:

katakanlah (Muhammad): berpergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan Allah.”
“Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari (Kiamat) yang tidak dapat ditolak, pada hari itu mereka terpisah-pisah”

Ayat ini Allah tujukan untuk orang-orang yang durhaka sepertiku, agar dengan kesadaran minimnya mau bertaubat, dan menjauh dari kebiasaan buruk dan ingkar, orientasiku sering berbelok tak karuan, aku iri dengan orang-orang yang bisa beristiqamah dalam kesalihan, sementara aku hanya mendekati Tuhanku manakala aku ada kebutuhan, aku seperti pengamen yang berusaha menyanyi semerdu mungkin untuk menarik perhatian yang mendengar, tapi setelah orang yang terhibur itu memberikan uangnya padaku, aku langsung menerimannya dan pergi. Sekali lagi. Hanya datang saat butuh.

Ya Rabbi, sungguh aku akan berusaha menghadapkan wajahku hanya pada-Mu, walau terseok-seok, aku akan tetap berusaha

Oh Allah, hamba mohon, kembalikanlah hamba dalam keadaan khusnul khatimah dan wafatkanlah hamba bersama orang-orang yang berbakti kepada-Mu. Amiin

Rabbanaa taqabbal minna, innaka antas samii’ul ‘aliim