Pagi itu matahari kurang begitu terang, mungkin ia sedang
tidak bersemangat menyinari bumi. Oh maaf, saya salah. Tentu saja dia selalu
bersemangat, ia selalu setia menghangatkan dan menyinari bumi, ia tidak moody
seperti kita manusia. Tapi siang itu, mungkin cahaya terangnya agak tertutup
oleh awan tebal yang berwarna abu, sehingga teriknya tak begitu terasa, yang
ada hanya cahaya yang redup dan suhu ruangan yang semakin memanas.
Namun ketika hari sudah semakin siang, bukan panas terik yang
keluar. Malah yang terjadi adalah mendung, awan semakin gelap, gumpalannya kini
sudah semakin tebal. Sesekali bunyi petir muncul walau masih agak kecil.
Anginpun turut berhembus, ia seolah ingin menggenapkan suasana mencekam siang
ini.
Saat hati ini sedang bergumam “oh, mungkin akan turun hujan
besar”, seketika terdengar bunyi petir yang menggelegar, kemudian disusul
dengan tumpahan air hujan yang deras dari atas langit sana. Anginpun semakin
kencang, hingga air hujan itu menyiprati dinding rumah-rumah penduduk sekitar.
Orang-orang mulai mematikan laptop, tv dan sejumlah alat elektronik lainnya,
tak lupa mencabut semua kabel yang masih terhubung dengan listrik, dan
mematikan stop kontak lampu yang masih menyala, akupun demikian, hanya lampu
kamar mandi saja yang kunyalakan.
Namun beberapa detik kemudian, suara petirpun muncul kembali
dengan gemuruh yang lebih besar dan kilat yang sangat menyeramkan, semua orang
panik dan listrikpun mati total. Mungkin ada pohon tumbang, mungkin ada gardu
listrik yang tersengat, entahlah. Yang jelas, akupun tegang dan ketakutan
sambil terus mengucap dzikir istigfar dan doa ketika melihat petir.
Sambil tak henti-hentinya mengucap dzikir dan membaca do’a ada petir, ku ambil
buku kumpulan do’a yang ada dilemari buku, Alhamdulillah, do’a ketika
melihat petirpun langsung ditemukan. Kulafalkan tulisan arab itu secara
perlahan sampai habis, hingga akhirnya mata ini tertuju pada teks latin yang
ada di bawah tulisan arab tersebut, “oh, mungkin ini terjemahnya” begitu
gumamku. Aku baca terjemah doa itu secara perlahan, baru kali ini aku
menghayati makna arti doa tersebut. Tak terasa air mata ini menetes. Hati ini
terus meminta kepada Allah agar diselamatkan dan diberi kesempatan untuk
memperbaiki diri. Aku takut jika petir yang dahsyat ini adalah awal azab yang
Allah timpakan, hati ini terus khawatir.
Dan untuk kesekian juta kalinya, Allah menyelamatkan saya.
Hujan disertai petir itupun dihentikan-Nya, kini suasana sudah tidak mencekam
lagi, lebih tenang dan tidak tegang. Waktu sudah menunjukan pukul lima sore,
orang-orang mulai keluar rumah dan memastikan apakah ada bagian rumah mereka
yang terkena sambaran petir atau terendam banjir.
Waktu sudah hampir maghrib, tanpa disadari, sayup-sayup dari
ujung speaker masjid RW nun jauh disana, terdengar bunyi takbir khas lebaran, “Allaahu
Akbar, Allaahu Akbar, Laa ilaaha illallaah huwallaahu Akbar, Allaahu Akbar wa
Lillaahil Hamdu”. Demikian takbir itu terdengar sayup dan berulang-ulang. Kupastikan
lagi pendengaranku mendengar takbir itu, ternyata memang benarlah itu kalimat takbir
khas lebaran.
Sejenak kunyalakan internet di hp yang sempat kumatikan saat
petir yang datang bertubi-tubi tadi. Dan setelah aku cari informasi mengenai
berita banjir akibat cuaca buruk hari ini, munculah informasi susulan mengenai
akan tibanya gerhana bulan tepat pada pukul 19 lebih 27 menit. Mulailah pikiran
ini tertuju kembali kepada suara takbir tadi, oh pantas saja, rupanya salah
satu fenomena alam cukup besar yang diwakili oleh gerhana bulan ini tengah
asyik berkolaborasi bersama kaum muslimin yang sedang khusu mengucap lafaz takbir
di setiap penjuru bumi. Akupun mulai mempersiapkan diri untuk berangkat ke masjid,
agar bisa berjama’ah melaksanakan shalat maghrib, shalat gerhana khusuf dan
dilanjutkan dengan shalat isya berjama’ah.
Yaa Qowwiyy.. Wahai Yang Maha Kuat
Syari’atmu sungguh sangat sempurna, Engkau tetapkan syari’at
agama ini selaras dengan apa yang Engkau tetapkan terhadap alam semesta ini.
Saat terjadi fenomena alam yang membuat kami takut, Engkau perintahkan kami
untuk terus berdzikir Mengingat dan Meminta Pertolongan-Mu, saat tanah kami
dilanda kekeringan dan musim paceklik, Engkau mensyari’atkan kami untuk
melaksanakan shalat istisqa agar Engkau Memberikan izin kepada langit untuk
menurunkan hujan. Saat anak bayi lahir, kamipun disyari’atkan untuk bersyukur
kepada-Mu dengan ber-aqiqah, membagikan kebahagiaan kami kepada sesama
muslim. Demikianpula saat ada diantara kami yang meninggal, agama ini pula yang
mensyari’atkan kami untuk merawat, memandikan, menyolatkan dan menguburkan
jenazahnya. Sungguh, semua yang terjadi pada diri kami dan apa yang terjadi
pada alam ini, tidak bisa terepas sedetikpun dari Kepengawasanmu. Engkaulah
yang menetapkan agama ini, yang dengannya kehidupan langit dan bumi bisa
terintegrasi dengan harmonis dan penuh keberkahan.
Yaa Hafiidz. Waha Yang Maha Menjaga
Saat badan kami lelah, tanpa kami sadari tiba-tiba saja
keringat bercucuran dari pori-pori kulit. Ketika lapar, perut ini mengeluarkan
bunyi dengan sendirinya. Pun saat kami mengantuk, mata ini tak kuasa
melawannya, kami pejamkan hingga esoknya kami Engkau bangunkan kembali dengan
tenaga dan pikiran yang kembali fresh. Lebih jauh lagi tentang system
metabolisme, system pencernaan, system pernafasan, pertukaran sel, yang
semuanya kami sebut sebagai pergerakan alami yang bergerak secara OTOMATIS.
Padahal sesungguhnya itu bukanlah gerakan otomatis atau gerakan alamiah sebagaimana
yang dibahasakan oleh buku-buku sains. Itulah ketetapan-Mu, itulah sunnah-Mu,
semua tunduk patuh atas Kepengaturan dan Kehendak-Mu.
Tidak, semua ini tidak bisa kami tolak, tidak bisa kami pilih
sekehandak hati kami. Kedipan mata ini tidak dapat kami kendalikan sama sekali,
ia hanya tunduk kepada-Mu, detakan jantung ini, tidak bisa kami atur sesuai
keinginan kami, ia hanya berdetak sesuai perintah-Mu.
Tidak, bumi ini tidak
berputar sendiri. Dia diputarkan
Tidak, tanaman itu
tidak tumbuh sendiri. Dia ditumbuhkan
Tidak, ikan dilautan
itu tidak berkembang biak sendiri. Mereka dikembang biakan
Tidak, tidak ada
syari’at yang lebih detail dan lebih universal selain syari’at-Nya
Maka mengapa, jika
alam dan se-isinya hanya bergerak dibawah kendali-Mu, kami ini terkadang kufur
terhadap perintah-Mu. Kami terkadang merasa kurang cocok dengan apa yang Engkau
tetapkan kepada kami.
Satu titik ujian yang
bernama pilihan ini, terkadang cukup menjadikan kami berkuasa memilih
segala keinginan kami.
Satu titik ilmu yang
Engkau Titipkan kepada kami, kadang membuat kami menjadi sok tahu dan merasa
mengetahui segala hal.
Satu titik kemampuan
yang Engkau Anugrahkan kepada kami, kadang membuat kami merasa pantas untuk
menentukan standar kebenaran untuk dijadikan acuan.
Bahkan ada pula,
diantara kami yang turut merancang aturan kehidupan, merancang sebuah standar
hukum dan kebenaran di luar yang telah Engkau Tetapkan. Mereka katakan, ini
untuk kebaikan negeri, tapi nyatanya hanya menjadi sumber produksi kemaksiatan
yang mengundang murka dan kontroversi. Sudah ketahuan cacatpun masih
diperjuangkan, bahkan ramai-ramai orang mencalonkan menjadi para penegak hukum
tiran. Sadarlah manusia, itu bukan aturan, itu jebakan dan rekayasa setan.
Maha Benar Allah, dari
apa yang mereka perselisihkan, tidak ada agama yang diridoi di sisi Allah
selain Islam, yang syari’atnya sempurna. Dialah Allah, Sang Qodaron Maqduron,
Yang Maha Menetapkan dan Ketetapannya Pasti Terjadi.
Dialah Allah, Sang Mukhalafatu
lil hawaditsi, Yang Maha Berdiri Sendiri, yang menetapkan Islam menjadi rahmatan
lil’alamiin (rahmat bagi semesta alam), yang jika ditegakan, maka bukan
hanya manusia yang merasakan kebermanfaatannnya, bahkan seluruh alam semestapun
bisa merasakan kebahagiaannya. Itulah Islam, yang jika berdiri kokoh, maka
rahmat dan keberkahan dari langit dan bumi akan dibukakan. Itulah Islam, yang
jika panjinya tegak, bumi dan isinya akan hidup tentram dan penuh rasa aman.
Karena hanya Islam
yang Dia janjikan. Hanya Islam yang bisa mengatur urusan manusia dari semenjak
dilahirkan sampai dia dikafani. Hanya Islam, agama yang mengatur urusan toilet
hingga urusan pidana sekalipun. Hanya Islam, yang memuat aturan pernikahan
sampai pembagian warisan. Hanya Islam, yang memuat urusan menstruasi sampai
gerhana matahari. Hanya Islam yang memuat urusan menyelesaikan masalah paceklik
sampai masalah politik. Hanya Islam pula yang tidak hanya memberikan petunjuk
ummatnya untuk hidup baik di dunia saja, bahkan di akhirat. Hanya Islam, aturan
yang bisa menyelaraskan zikir manusia di bumi dan zikir makhluk yang ada di
langit.
“Wahai
Rabb Kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah
Engkau memberikan petunjuk kepada kami, karuniakanlah pada kami rahmat dari
sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi Karunia”. (Ali
Imran: 8)