Minggu, 06 April 2014

Ihdinas Shiraatal Mustaqiim

Awalnya ku kira puncak gunung itu hanya legenda dan mitos orang-orang terdahulu, semakin dewasa aku mencari dan mencari, oh ternyata gunung itu nyata dan bisa didaki siapa saja yang menignginkannya.

kemudian ku mencoba menapakkan kaki lemah ini dengan 20 % keyakinan dan 80 % nekat. Aku begitu khusuk menjalaninya, semaksimal mungkin ku buat mulus jalan itu, tanpa berbuat kesalahan di sepanjang jalan, namun ada saja ujian keindahan di pinggir jalan itu, ah kadang terfikir untuk mampir… namun Dia selalu menyadarkanku, kalau ini bukan pencarian harta karun, karena bukan itu sesungguhnya tujuan akhirku.

Di tengah perjalanan mendaki lagi gelap itu, dari kejauhan kulihat ada cahaya. Aku mencoba mendekatinya ohh subhanallah, betapa sempurnanya cahaya itu, semakin ku dekati sinarnya semakin terang, sehingga terlihatlah kesalahanku. Aku pun sigap merubah kompasku, berfikir dan memperbaiki arahku, ohh ternyata sulit, tapi pasti kan kucoba.

Dalam pendakian itu kadang ada badai, cuaca buruk, hujan deras dan panas terik tapi Dia segera mengirimkan embun yang menyegarkanku, mentari cerah dan kejaiban yang datang secara tiba-tiba, terkadang aku diberi-Nya puzzle yang potongan akhirnya baru kutemukan setelah aku terjatuh dari ketinggian, ku fikirkan lagi langkahku oh..mungkin barang bawaanku banyak yang tak berguna, lalu kutinggalkan sebagian, supaya punggungku tak terlampau berat.

Semakin kudaki, dadaku kian sesak badainya semakin kencang, bahkan oksigenpun terbatas, jalan mendaki lagi sukar itu ternyata jauh, entah kapan aku menginjak puncaknya, semoga tak ada yang menjemputku pulang sebelum aku menginjak puncak itu, tapi jika memang aku dijemput lebih awal mau bilang apa, aku ikhlas mempersembahkan karya sederhanaku dalam perjalanan menuju puncak-Nya.