Kamis, 19 April 2018

Islam dan Fenomena Alam


Pagi itu matahari kurang begitu terang, mungkin ia sedang tidak bersemangat menyinari bumi. Oh maaf, saya salah. Tentu saja dia selalu bersemangat, ia selalu setia menghangatkan dan menyinari bumi, ia tidak moody seperti kita manusia. Tapi siang itu, mungkin cahaya terangnya agak tertutup oleh awan tebal yang berwarna abu, sehingga teriknya tak begitu terasa, yang ada hanya cahaya yang redup dan suhu ruangan yang semakin memanas. 

Namun ketika hari sudah semakin siang, bukan panas terik yang keluar. Malah yang terjadi adalah mendung, awan semakin gelap, gumpalannya kini sudah semakin tebal. Sesekali bunyi petir muncul walau masih agak kecil. Anginpun turut berhembus, ia seolah ingin menggenapkan suasana mencekam siang ini. 

Saat hati ini sedang bergumam “oh, mungkin akan turun hujan besar”, seketika terdengar bunyi petir yang menggelegar, kemudian disusul dengan tumpahan air hujan yang deras dari atas langit sana. Anginpun semakin kencang, hingga air hujan itu menyiprati dinding rumah-rumah penduduk sekitar. Orang-orang mulai mematikan laptop, tv dan sejumlah alat elektronik lainnya, tak lupa mencabut semua kabel yang masih terhubung dengan listrik, dan mematikan stop kontak lampu yang masih menyala, akupun demikian, hanya lampu kamar mandi saja yang kunyalakan. 

Namun beberapa detik kemudian, suara petirpun muncul kembali dengan gemuruh yang lebih besar dan kilat yang sangat menyeramkan, semua orang panik dan listrikpun mati total. Mungkin ada pohon tumbang, mungkin ada gardu listrik yang tersengat, entahlah. Yang jelas, akupun tegang dan ketakutan sambil terus mengucap dzikir istigfar dan doa ketika melihat petir. Sambil tak henti-hentinya mengucap dzikir dan membaca do’a ada petir, ku ambil buku kumpulan do’a yang ada dilemari buku, Alhamdulillah, do’a ketika melihat petirpun langsung ditemukan. Kulafalkan tulisan arab itu secara perlahan sampai habis, hingga akhirnya mata ini tertuju pada teks latin yang ada di bawah tulisan arab tersebut, “oh, mungkin ini terjemahnya” begitu gumamku. Aku baca terjemah doa itu secara perlahan, baru kali ini aku menghayati makna arti doa tersebut. Tak terasa air mata ini menetes. Hati ini terus meminta kepada Allah agar diselamatkan dan diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Aku takut jika petir yang dahsyat ini adalah awal azab yang Allah timpakan, hati ini terus khawatir.

Dan untuk kesekian juta kalinya, Allah menyelamatkan saya. Hujan disertai petir itupun dihentikan-Nya, kini suasana sudah tidak mencekam lagi, lebih tenang dan tidak tegang. Waktu sudah menunjukan pukul lima sore, orang-orang mulai keluar rumah dan memastikan apakah ada bagian rumah mereka yang terkena sambaran petir atau terendam banjir. 

Waktu sudah hampir maghrib, tanpa disadari, sayup-sayup dari ujung speaker masjid RW nun jauh disana, terdengar bunyi takbir khas lebaran, “Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Laa ilaaha illallaah huwallaahu Akbar, Allaahu Akbar wa Lillaahil Hamdu”. Demikian takbir itu terdengar sayup dan berulang-ulang. Kupastikan lagi pendengaranku mendengar takbir itu, ternyata memang benarlah itu kalimat takbir khas lebaran

Sejenak kunyalakan internet di hp yang sempat kumatikan saat petir yang datang bertubi-tubi tadi. Dan setelah aku cari informasi mengenai berita banjir akibat cuaca buruk hari ini, munculah informasi susulan mengenai akan tibanya gerhana bulan tepat pada pukul 19 lebih 27 menit. Mulailah pikiran ini tertuju kembali kepada suara takbir tadi, oh pantas saja, rupanya salah satu fenomena alam cukup besar yang diwakili oleh gerhana bulan ini tengah asyik berkolaborasi bersama kaum muslimin yang sedang khusu mengucap lafaz takbir di setiap penjuru bumi. Akupun mulai mempersiapkan diri untuk berangkat ke masjid, agar bisa berjama’ah melaksanakan shalat maghrib, shalat gerhana khusuf dan dilanjutkan dengan shalat isya berjama’ah.

Yaa Qowwiyy.. Wahai Yang Maha Kuat

Syari’atmu sungguh sangat sempurna, Engkau tetapkan syari’at agama ini selaras dengan apa yang Engkau tetapkan terhadap alam semesta ini. Saat terjadi fenomena alam yang membuat kami takut, Engkau perintahkan kami untuk terus berdzikir Mengingat dan Meminta Pertolongan-Mu, saat tanah kami dilanda kekeringan dan musim paceklik, Engkau mensyari’atkan kami untuk melaksanakan shalat istisqa agar Engkau Memberikan izin kepada langit untuk menurunkan hujan. Saat anak bayi lahir, kamipun disyari’atkan untuk bersyukur kepada-Mu dengan ber-aqiqah, membagikan kebahagiaan kami kepada sesama muslim. Demikianpula saat ada diantara kami yang meninggal, agama ini pula yang mensyari’atkan kami untuk merawat, memandikan, menyolatkan dan menguburkan jenazahnya. Sungguh, semua yang terjadi pada diri kami dan apa yang terjadi pada alam ini, tidak bisa terepas sedetikpun dari Kepengawasanmu. Engkaulah yang menetapkan agama ini, yang dengannya kehidupan langit dan bumi bisa terintegrasi dengan harmonis dan penuh keberkahan.

Yaa Hafiidz. Waha Yang Maha Menjaga

Saat badan kami lelah, tanpa kami sadari tiba-tiba saja keringat bercucuran dari pori-pori kulit. Ketika lapar, perut ini mengeluarkan bunyi dengan sendirinya. Pun saat kami mengantuk, mata ini tak kuasa melawannya, kami pejamkan hingga esoknya kami Engkau bangunkan kembali dengan tenaga dan pikiran yang kembali fresh. Lebih jauh lagi tentang system metabolisme, system pencernaan, system pernafasan, pertukaran sel, yang semuanya kami sebut sebagai pergerakan alami yang bergerak secara OTOMATIS. Padahal sesungguhnya itu bukanlah gerakan otomatis atau gerakan alamiah sebagaimana yang dibahasakan oleh buku-buku sains. Itulah ketetapan-Mu, itulah sunnah-Mu, semua tunduk patuh atas Kepengaturan dan Kehendak-Mu.
Tidak, semua ini tidak bisa kami tolak, tidak bisa kami pilih sekehandak hati kami. Kedipan mata ini tidak dapat kami kendalikan sama sekali, ia hanya tunduk kepada-Mu, detakan jantung ini, tidak bisa kami atur sesuai keinginan kami, ia hanya berdetak sesuai perintah-Mu.
Tidak, bumi ini tidak berputar sendiri. Dia diputarkan
Tidak, tanaman itu tidak tumbuh sendiri. Dia ditumbuhkan
Tidak, ikan dilautan itu tidak berkembang biak sendiri. Mereka dikembang biakan
Tidak, tidak ada syari’at yang lebih detail dan lebih universal selain syari’at-Nya

Maka mengapa, jika alam dan se-isinya hanya bergerak dibawah kendali-Mu, kami ini terkadang kufur terhadap perintah-Mu. Kami terkadang merasa kurang cocok dengan apa yang Engkau tetapkan kepada kami.

Satu titik ujian yang bernama pilihan ini, terkadang cukup menjadikan kami berkuasa memilih segala keinginan kami.

Satu titik ilmu yang Engkau Titipkan kepada kami, kadang membuat kami menjadi sok tahu dan merasa mengetahui segala hal.

Satu titik kemampuan yang Engkau Anugrahkan kepada kami, kadang membuat kami merasa pantas untuk menentukan standar kebenaran untuk dijadikan acuan.

Bahkan ada pula, diantara kami yang turut merancang aturan kehidupan, merancang sebuah standar hukum dan kebenaran di luar yang telah Engkau Tetapkan. Mereka katakan, ini untuk kebaikan negeri, tapi nyatanya hanya menjadi sumber produksi kemaksiatan yang mengundang murka dan kontroversi. Sudah ketahuan cacatpun masih diperjuangkan, bahkan ramai-ramai orang mencalonkan menjadi para penegak hukum tiran. Sadarlah manusia, itu bukan aturan, itu jebakan dan rekayasa setan.

Maha Benar Allah, dari apa yang mereka perselisihkan, tidak ada agama yang diridoi di sisi Allah selain Islam, yang syari’atnya sempurna. Dialah Allah, Sang Qodaron Maqduron, Yang Maha Menetapkan dan Ketetapannya Pasti Terjadi.

Dialah Allah, Sang Mukhalafatu lil hawaditsi, Yang Maha Berdiri Sendiri, yang menetapkan Islam menjadi rahmatan lil’alamiin (rahmat bagi semesta alam), yang jika ditegakan, maka bukan hanya manusia yang merasakan kebermanfaatannnya, bahkan seluruh alam semestapun bisa merasakan kebahagiaannya. Itulah Islam, yang jika berdiri kokoh, maka rahmat dan keberkahan dari langit dan bumi akan dibukakan. Itulah Islam, yang jika panjinya tegak, bumi dan isinya akan hidup tentram dan penuh rasa aman.

Karena hanya Islam yang Dia janjikan. Hanya Islam yang bisa mengatur urusan manusia dari semenjak dilahirkan sampai dia dikafani. Hanya Islam, agama yang mengatur urusan toilet hingga urusan pidana sekalipun. Hanya Islam, yang memuat aturan pernikahan sampai pembagian warisan. Hanya Islam, yang memuat urusan menstruasi sampai gerhana matahari. Hanya Islam yang memuat urusan menyelesaikan masalah paceklik sampai masalah politik. Hanya Islam pula yang tidak hanya memberikan petunjuk ummatnya untuk hidup baik di dunia saja, bahkan di akhirat. Hanya Islam, aturan yang bisa menyelaraskan zikir manusia di bumi dan zikir makhluk yang ada di langit.

Wahai Rabb Kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau memberikan petunjuk kepada kami, karuniakanlah pada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi Karunia”. (Ali Imran: 8)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar